Dimuat di bulletin El-Wijhah Edisi XXV
Oleh : M. Zidni Nafi'
Kategori : Laporan Khusus

Seeokor ulat berbulu bergelayut di batang pohon. Sebab terpaan angin, ulat tadi tak mampu bertahan di dahan, hingga akhirnya si ulat bulu terjatuh. Namun arena ia memiliki jaring yang kuat, akhirnya tubuhnya tidak sampai terpelanting jatuh ke tanah. Cukup lama ia bergelayut, sementara angin masih berhembus menerpanya. Pada akhirnya, ulat lucu itu berhasil sampai ke tanah dengan posisi nyaman. Lalu langkahnya berjalan cepat dengan kaki-kakinya yang mungil, tubuhnya tampak bergeliat menggelikan.
Pelan tapi pasti, ulat itu terus naik kembali ke batang pohon,lalu berdiam diri hingga waktu yang cukup lama. Semakin lama ia berubah bentuk menjadi kepompong. Dalam jangka waktu sekitar 2 minggu, ulat yang menggelikan itu menjadi kupu-kupu cantik, imut dan menggelikan. Subhanallah… Sungguh indah makhluk ciptaan Allah. Si ulat bulu tadi menjalani prosedur metamorfosis dengan tertib dan taat. Andai saja ia menjalani prosedur seenaknya sendiri dan masa bodoh dengan prosedurnya, bisa dipastikan akan gagal.
Nah, Ramadhan kali ini hadir sebagai ladang berubah dan memetik manisnya pahala. Setelah niat direncanakan dengan matang, mari saatnya mengikuti prosedur yang ada. Mengapa harus demikian? Sebab itulah aturan main untuk menjadi sang juara sejati.
Allah Ta’ala memerintahkan kepada hambanya yang beriman  untuk berpuasa. Tidak hanya berpuasa untuk menahan haus dahaga, melainkan untuk menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa. Hingga Profesor pakar kimiapun tidak berani membuat eksperimen dengan sembarangan, apalagi tanpa mengikuti takaran yang telah ditentukan kelebihan dan kekurangan bahan yang dapat beresiko tinggi yang tidak diinginkan. Rugi, jika berpuasa tapi perbuatan dilakukan tangan, kaki, mata, telinga, hati dan organ tubuh lainnya masih berbuat maksiat dengan enjoy. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
Artinya : “Banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali haus dan lapar”.
Maha suci Allah yang membentangkan luasnya hamparan pahala di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan ridho. Alangkan ruginya bila wadah penampungnya kecil untuk menampung banyaknya curahan pahala. Dan alangkah beruntungnya bila wadah yang disiapkan lebih besar, yaitu dengan totalitas dan maksimal sungguh-sungguh dalam menjalani ibadah yang lebih meningkat dari biasanya.
Sedikit orang yang benar-benar memnfaatkan bulan Ramadhan sebagai kesempatan untuk meraup emas pahala dan menghapus lumuran dosa dengab cara yang benar. Tiada salahnya jika ada peningkatan ibadah di bulan Ramadhan, dibandingkan bulan-bulan lainnya.
Sebagian kaum muslimin mungkin terjadi salah kaprah. Bulan suci Ramadhan yang semestinya dijadikan ajang untuk meningkatkan ketaqwaan, malah jauh-jauh hari menyusun sederet agenda kegiatan yang dapat merusak konsentrasi ibadah seorang hamba terhadap Tuhannya. Meskipun kadang kali

Layout by AanZt | Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | NewBloggerThemes.com