Dimuat di bulletin El-Wijhah Edisi XIX
Oleh : Fathur Rohman
Kategori : Laporan Utama
Islam adalah agama yang luar biasa, karena dalam ajarannya mencakup seluruh aspek kehidupan mulai dari hal yang terkecil, sampai hal yang besar, separti tatacara mengenakan pakaian, tatacara makan dan lain-lain.
Selain itu agama Islam juga kaya akan kebudayaan, salah satu khasanah kebudayaan islam yang luar biasa adalah pelantunan Maulid Nabi SAW. Gaya bahasa yang telah diciptakan para Ulama’ ahli sastra menjadikan karya tersebut indah dan menawan.
Tak heran, saat pelantunan Maulid sering dijumpai orang-orang menangis tersedu-sedu yang disertai kecintaan terhadap beliau nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW. Pengaruh psikologis inilah yang dahulu pernah diharapkan oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi Mesir, saat pencetusan pertama pembacaan Maulid Nabi SAW dengan maksud untuk membangun kembali semangat juang kaum muslim.
Di komunitas Habaib misalnya yang sering dibaca adalah Simthud Duror karya Ali bin Muhammad Al-Habsyi, sementara dikalangan santri tradisional di Jawa Timur lebih terbiasa menggunakan Maulid Ad-Diba’I, berbeda dengan sebagian warga pesisir utara Jawa, mereka lebih menggemari pembacaan Maulid Al-Barzanji. Dikalangan Habaib ada juga yang membaca Maulid Al-Burdah seperti di Kauman, Semarang.
Bagi kaum muslim khususnya dikalangan santri, seharusnya dapat melestarikan kitab-kitab Maulid hasil karya para Ulama’-ulama’ ahli sastra yang terdahulu, melestarikan dalam arti menjaga agar gaya bahasa dan cara melantunkannya tidak hilang, banyak cara yang dilakukan untuk melestarikan dengan banyak diadakan acara mauludan, shalawat banyak dikumandangkan, dengan lagu-lagu yang enak didengarkan, berbagai instrument musik islami pun, tak ikut ketinggalan, untuk memeriahkan, tapi jangan hanya dijadikan kebanggaan saja, seharusnya dihayati, renungi, peringati dan dipikirkan makna yang terkandung didalamnya, sehingga bila telah mengikuti acara tersebut, benar-benar tahu isi maksudnya, dan dapat mengakibatkan beberapa perubahan, diantaranya, perilaku yang kurang baik akan semakin berkurang, ibadah semakin ditingkatkan, shalat semakin banyak ditaburkan, shadaqah tak menjadi beban, kejahatan makin terhentikan, dan membentengi diri dari ajaran-ajaran melenceng sekarang, semua itu dikarenakan faham isi kandungan dalam kitab-kitab sejarah maulid dari dahulu hingga sekarang, yang akan dieksiskan samapi akhir zaman.
Tak banyak dari kita yang mempunyai kelebihan yakni suara yang indah, bagi kita yang tidak mempunyai kelebihan itu, tidak seharusnya kita malu membaca Maulid, membaca disertai dengan lagu itu sudah cukup, kalaupun tak mau, itupun tak jadi masalah. Karena membaca syair-syair Maulid (sholawatan) itu sudah mendapatkan pahala, lebih-lebih jika kita membacanya dengan penuh keikhlasan. Yang nantinya mempunyai nilai keistimewaan tersendiri dan untuk melatih kita, agar dalam melakukan amal ibadah selalu disertai dengan keikhlasan, karena segala sesuatu itu harus ada niat, tanpa niat, tak akan berguna amal seseorang, karena niat, merupakan hal yang pokok dan terpenting, sehingga sepertiga apa yang seseorang lakukan termasuk didalamnya.
Maka dari itu alangkah baiknya kalau kita mau ikut membaca maulid dan bershalawat, karena itu tidak hanya mendapat pahala, tetapi kita juga ikut melestarikan kebudayaan yang luar biasa ini.