Dimuat di bulletin El-Wijhah Edisi XIX
Oleh : M. Ali Musta’an
Kategori : Artikel
Maulidan merupakan salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh warga yang lazimnya diadakan pada malam jumu’ah dan malam senin. Khususnya juga dilaksanakan pada tanggal 12 Robi’ul Awwal tahun hijriyyah (hari lahirnya Nabi Muhammad SAW).
Disampimg tradisi-tradisi keseharian, masyarakat Indonesia diwarnai pula oleh tradisi-tradisi yang merupakan bentuk ekspresi dari penghayatan ajaran agama mayoritas, agama islam (khususnya warga NU).
Dalam melaksanakan tradisi tersebut, ada berbagai macam versi kitab yang dapat digunakan, diantaranya ialah : Al-Barzanji, Burdah, Simthud Duror, dll.
Al-Barzanji adalah salah satu kitab maulid yang digunakan pada acara maulidan. Kitab maulid tersebut merupakan karya dari Syekh Ja’far Bin Hasan Bin Abdul Karim Bin Ahmad Al-Barzanji.
Pada tahun 580 H / 1148 M pemerintahan Mesir dipegang oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi beliau baru kembali mempopulerkan perayaan Maulid Nabi, dengan mengadakan sayembara penulisan riwayat dan pujian-pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk membangkitkan semangat jihad (Perjuangan) dan ittihad (Persatuan) umat muslim, terutama para tentara yang tengah menghadapi serangan lawan, pada medan pertempuran perang salib (pada masa itu).
Dalam kompetisi itu kitab berjudul Iqd Al-Jawahir (Untaian Mutiara) karya Syekh Ja’far Al-Barzanji tampil sebagai pemenang, sejak saat itu Iqd Al-Jawahir mulai getol disosialisasikan pembacanya ke seluruh penjuru dunia oleh salah seorang Gubernur Shalahuddin yakni Abu Sa’ad Al-Qokburi, gubernur Irbil Irak, di Indonesia kitab ini maulid dengan nama Al-Barzanji.
Al-Barzanji merupakan karya tulis yang berupa prosa dan sajak, yang terbagi atas dua bagian yaitu Natsar dan Nadzom, bagian Natsar mencakup 19 sub-bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah kata (Ah) ditiap-tiap rima akhir. Sementara, bagian Nadzom terdiri dari 16 sub-bagian, yang berisi 205 untaian Syair penghormatan, pujian-pujian akan keteladanan akhlak mulia Nabi SAW. Dengan olahan rima akhir berbunyi (Nun), sebagian menggunakan bahar thowil sebagian menggunakan bahar muqtadlo.
Keseluruhannya menuturkan biografi Nabi Muhammad SAW. Mulai saat-saat menjelang Nabi dilahirkan, hingga masa-masa tatkala Nabi mendapat tugas kenabian.
Al-Barzanji juga salah satu kitab yang mengandung estetika sastra arab, dalam bentuk susunan bahasa, arti dan lafadznya. Contoh potongan lafadz termasuk lafadz bersastra yaitu :
اَنْتَ شَمْسٌ اَنْتَ بَدْرٌ # اَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرٍ
Artinya : Engkaulah (Ya Rosulullah) matahari, engkaulah rembulan, engkaulah cahaya diatas cahaya
pada syair tersebut lafadz tidak dipasang adat tasbih dan wajah tasbih, dalam ilmu balaghoh pada lafadz tersebut terdapat faidah yaitu untuk lebih mentajamkan makna bahwa Rosulullah adalah sosok makhluk yang dapat menyinari dan memberi petunjuk kepada ummat.
Sifat-sifat dan kepribadian Nabi Muhammad SAW juga termaktub dalam syair burdah karya Syekh Muhammad Al-Busyiri. Mengenain syair burdah yang berbunyi :
وَاَنَّهُ خَيْرَ خَلْقِ اللهِ كُلِّهِم
Merupakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah makhluk Allah yang terbaik diantara makhluk lainnya.
Kita sebagai umatnya bisa meniru dan mencontoh akhlak beliau. Karena beliaulah sumber dari akhlak mulia seperti keterangan Simthud Duror yang berbunyi :
كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسلَّمَ اَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا وَخَلْقَا. لاَ يَقُوْلُ وَلاَيَفْعَلُ اِلاَّ مَعْرُوْفًا.
Artinya : Nabi Muhammad adalah sebaik-baiknya manusia dalam keindahan akhlak maupun bentuk tubuhnya. Beliau tidak berucap dan berbuat kecuali dalam kebaikan.